Sosialisasi KTA AGPAII Digital DPW AGPAII Provinsi Gorontalo

Aula BPHU Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo.

Pemateri pada kegiatan PPKB PAI Tingkat Provinsi Gorontalo

Hotel Grand Q Kota Gorontalo 8-10 Oktober 2021.

Guru Mulia Karena Karya

Workshop Inovasi Pembelajaran Guru SD Provinsi Gorontalo.

Training of Trainer PKB GPAI Tingkat Nasional

Tim Solid Pelatih Provinsi Gorontalo PKB GPAI, Hotel Horison Bandung, 8-15 Desember 2021.

Pemateri pada kegiatan PPKB PAI Tingkat Provinsi Gorontalo

Hotel Grand Q Kota Gorontalo 8-10 Oktober 2021.

Kamis, 08 Desember 2022

Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 
 
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan Restitusi, kita perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran perbedaan antara Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri. Bila kita melihat bagan di bawah ini, kata disiplin tanpa tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin dalam bentuk Restitusi,  

 Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata. Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. 

Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.

Makna Disiplin

                                                                                                                                                                                                                                          Makna Kata Disiplin 

Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.  Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. 

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa 

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: 

mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)

Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. 

Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.  Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.  

Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; 

“...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. 
 

Referensi: 
Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada.
Ki Hajar Dewantara; Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013, UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa.

Sabtu, 03 Desember 2022

Essyaku di Pendidikan Guru Penggerak

Sabtu, 12 November 2022

KEGIATAN-8: JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN, 5 NOVEMBER 2022

                                                 JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

“Murid, Engkau segalanya Bagiku”


Gorontalo, 5 November 2022.


Setelah memahami tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara  yaitu “Pendidikan menghamba kepada murid”. ,  saya mencoba untuk menerapkan dalam pembelajaran di kelas 4 dengan optimal sesuai dengan pemahaman saya bahwa pembelajaran harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan murid. hal yang saya lakukan adalah menerapkan diferensiasi dalam pembelajaran. Hal yang baik dari pembelajaran ini adalah saya tidak menyamaratakan kemampuan murid  dalam pembelajaran. Hambatan yang saya alami adalah ketika dilakukan pembagian kelompok sesuai dengan kemampuannya. Setiap kelompok meminta untuk didampingi/difasilitasi dalam diskusi kelompoknya, sehingga menghambat kelompok lain dalam mengerjakan tugas. Solusi untuk  mengatasi hal tersebut, saya berkomitmen untuk membagi waktu dalam membimbing kelompok sesuai dengan tingkat permasalahan yang terjadi di kelompoknya.


Perasaan yang saya dapatkan setelah pembelajaran tersebut adalah nyaman dan bahagia, karena saya tidak lagi menuntut siswa tetapi yang saya lakukan benar-benar menuntun siswa dalam belajarnya. Perasaan bahagia saya rasakan setelah melihat murid-murid benar-benar merasakan proses belajarnya secara merdeka.


Pembelajaran yang saya dapatkan sebagai seorang guru adalah “murid adalah fokus utama dalam pembelajaran, murid jangan dituntut, tetapi mereka harus dituntun dengan gaya belajarnya dan kemampuannya”. Hal yang baru setelah melaksanakan pembelajaran ini bahwa murid memiliki kodratnya yang berbeda-beda, oleh karena itu diperlukan gaya belajar yang berbeda. Sebagai guru saya harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan kemampuannya. 


Agar lebih baik lagi tentunya, saya akan memperbaiki dari kekurangan yang sudah dilakukan. kekurangan yang diperoleh dari refleksi diri dan murid selama pembelajaran. Tindakan saya setelah pembelajaran ini adalah dengan melakukan aksi nyata. 

  1. Menerapkan diferensiasi dalam setiap melakukan pembelajaran.

  2. Berbagi dengan rekan guru melalui pengalaman yang telah dilakukan dalam pembelajaran

  3. Melakukan kegiatan praktik  baik. 

Minggu, 06 November 2022

MODEL JURNAL REFLEKSI

ASESMEN AWAL DAN PEMBELAJARAN TERDIFERENSIASI

Jumat, 04 November 2022

AKSI NYATA MODUL 1.1

                                                                         AKSI NYATA 

PENERAPAN MODUL 1.1



  1. Perasaan selama melakukan perubahan di kelas

Setelah mengkuti menyelesaikan modul 1.1 saya melakukan perubahan dikelas dengan prinsip bahwa pendidikan harus perpusat pada murid. Perasaan saya sangat bahagia karena saya dapat memerdekaan murid dalam perubahan dikelasnya. Sebelumnya  saya harus menuntut siswa sekarang menjadi menuntun siswa. 

  1. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

Setelah hati saya terpaut dengan murid dan perasaan bahagia timbulah ide atau gagasan yang muncul untuk perubahan dalam pembiasaan yang selama ini belum dilaksanakan. ide atau gagasan ini tentang pembelajaran diferensiasi. Dalam pembelajaran ini ide yang muncul adalah memetakan/mendiagnosis siswa berkaiatan dengan pemahaman surat al-kafirun. siswa saya bagi menjadi 3 kategori yaitu:

  1. siswa yang telah menguasai/memahami

  2. siswa yang setengah menguasai

  3. siswa yang belum menguasai

Setelah dipetakan/diagnosis ide selanjutnya adalah bagi yang sudah mengusai/memahami surat al-Kafirun harus membimbing siswa yang masih setengah menguasai atau belum menguasai. Maka saya mengambil kesimpulan untuk mengambil model pembelajaran tutor sebaya.

  1. Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik 

Praktik Baik yang saya lakukan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran yang berdiferensiasi. kegiatan tersebut saya lakukan pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang surat al-Kafirun.  Hal yang saya lakukan adalah:

  1. Perencanaan

Perencanaan tentunya dengan membuat perencanaan pembelajaran yang akan saya lakukan dalam pembelajaran surat al-kafirun dengan model tutor sebaya.

Berikut langkah-langkahnya:

  1. Penerapannya

Penerapan model tutor sebaya saya terapkan berdasarkan perencanaan yang dibuat. Dalam penerapnnya yang dilakukan yaitu:

  1. Refleksi

Untuk mengetahui proses penerapan model tutuor sebaya dlam pembelajaran dibutuhkan umpan balik atau refleksi dari Guru dan siswa. Hasil refleksi yaitu:

  1. Dari pengajar/guru

saya sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan, tetapi waktu yang digunakan oleh siswa kurang memadai. Karena adanya perbedaan kemampuan siswa antara kelompok satu dengan lainnya. 

  1. Dari siswa 

Siswa sangat senang karena bisa belajar secara berkelompok dengan teman dekatnya, tanpa ada perasaan takut/gugup. siswa memiliki kreasi untuk membuat produk pembelajaran tentang surat al-kafirun. Waktu yang diberikan terlalu cepat, sehinggga pemahaman dalam pemahaman belum optimal.

  1. ‘Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi Anda. 

  1. Perencanaan


  1. Penerapan





  1. Refleksi















  1. Anda juga dapat memasukkan ‘testimoni’ dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam proses perubahan yang Anda lakukan. 


  1. Guru: 

“ Saya Hadijah Inado, S.Pd Wali Kelas 6 Sdn 22 Dungingi. Saya Mengapresiasi  Model Pembelajaran Yang Telah Diterapakan, Anak-Anak Antusias Dalam Pembelajaran Dan Merasarakan Kebebasan Dalam Pembelajaran, Jadi Merdeka Belajar Sudah Diimplementasikan Oleh Bapak Bambang Rianto Sebagai Guru PAI Di SDN 22 Dungingi Kota Gorontalo


  1. Siswa

Saya Ananda, Siswa Kelas 6 Sdn 22 Dungingi Saya Sangat Senang Dengan Pembelajaran Yang Telah Dilaksanakan, Karena Saya Bisa Berkreasi Sesuai Keinginan saya Dalam Memahami Surat Al-Kafirun


  1. Siswa

Saya Nabil .Siswa Kelas 6 Sdn 22 Dungingi Dengan Model Pembelajaran   yang Telah di ilaksanakan, Saya Bisa Membaca, Dan Memahami Pesan Pokok Surat Al-Kafirun


Kamis, 03 November 2022

TUGAS MODUL 1 1 DEMONTRASI KONTEKSTUAL " BELENGGU ASA"

Selasa, 01 November 2022

Kisah Hijrah Rasulullah saw

 Kisah Hijrah Rasulullah saw Ke Madinah





 

Hijrah adalah Pepindahan. Hijrah rasulullah adalah perpindahan rasulullah dan pengikutnya dari kota mekah ke Madinah. Penyebab Rasulullah hijrah yaitu:

1)    Dakwah Rasulullah saw. di Makkah kurang berkembang karena penolakan orang kafir Quraisy.

2)    Peristiwa Baiat ‘Aqabah serta permintaan penduduk Madinah agar Nabi Muhammad saw. tinggal bersama mereka dan akan membantu untuk berdakwah.

3)    Perintah Allah Swt.untuk berhijrah sudah turun kepada Nabi Muhammad saw.

 

Berikut Kisahnya


1.    Ali bin Abi Thalib menempati tempat tidur Nabi Muhammad saw.

Allah Swt. menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw. maka beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di pembaringan beliau sambil memakai selimut berwarna hijau buatan Haḍramaut.  yang biasa beliau pakai. Pemuda-pemuda terpilih itu mematamatai tempat pembaringan Nabi Muhammad saw. Dan merasa Yakin bahwa beliau masih sedang tidur nyenyak.

Keesokan harinya mereka sungguh terperanjat karena hanya baru mengetahui bahwa yang mereka duga Nabi Muhammad saw. adalah Ali bin Abi Thalib

 

2.    Nabi Muhammad saw. ke Rumah Abu Bakar

Ketika masuk ke dalam rumah, beliau meminta hanya berdua dengan Abu Bakar.

 Nabi Muhammad saw. menyampaikan pada Abu Bakar bahwa beliau telah mendapat izin untuk berhijrah.

Abu Bakar menyampaikan bahwa dia telah menyiapkan dua unta. Satu untuk Nabi Muhammad saw. dan satu untuknya guna perjalanan ke Madinah. Dia juga menghubungi Abdullah bin Uraiqiṭ  untuk menjadi penunjuk jalan

 

3.    Awal Perjalanan

Pada tanggal 27 Shafar tahun ke empat belas kenabian, bertepatan dengan  tanggal 12/13 September 622 M.  Di tengah kegelapan malam, Nabi Muhammad saw. keluar dari rumah Abu Bakar.

Nabi Muhammad saw. menempuh perjalanan dengan mengambil jalur selatan Makkah yang biasanya digunakan perjalanan ke Yaman, Jalan ke gua sangat sempit, terjal dan banyak bebatuan.

 

4.    Di dalam Gua Ṡūr

Tiga malam lamanya, Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar menginap di dalam gua. Malam Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Setiap malam datang berkunjung ke sana putra Abu Bakar yakni Abdullah, untuk menyampaikan perkembangan yang terjadi di Makkah.

 

5.    Perjalanan ke Madinah

Estela berlalu hari ketiga, tepatnya pada hari Senin tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 16 September 622 M. Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar dijemput oleh Abdullah bin Uraiqiṭ guna mengantar mereka menuju Madinah sambil membawa kedua unta yang dititipkan sebelumnya oleh Abu Bakar.

 

6.    Yaṡrib menjadi Madinah

Pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal 1 H./23 September 622 M. rombongan tiba di Quba.

Nabi Muhammad saw. di Quba tinggal selama empat hari (Senin, Selasa, Rabu dan Kamis). Di tempat itu beliau membangun Masjid Quba.

Setelah Salat Jumat beliau menuju Yaṡrib yang sejak hari itu berubah namanya menjadi Madīnatur Rasūl yang disingkat dengan al-Madīnah.

 

7.    Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah

Semua menginginkan agar Nabi Muhammad saw. tinggal di rumahnya. Mereka menarik kendali unta agar Nabi Muhammad saw. sudi,tetapi beliau berkata: “biarkan saja unta nanti berjalan, dia diperintah.” unta kemudian berhenti duduk di lokasi Masjid Nabawi sekarang. Lalu ia bangkit dan berjalan lagi beberapa langkah sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, kemudian kembali ke lokasi semula. Di lokasi tersebut bermukim keluarga Nabi Muhammad saw. dari Bani an-Najjar. Nabi Muhammad saw. turun. Abu Ayyub al-Ansari segera mengambil barang-barang beliau.

 

 







































Kamis, 27 Oktober 2022

PEMANFAATAN FITUR RUMAH BELAJAR BAGI SISWA SDN 22 DUNGINGI KOTA GORONTALO

 


PEMANFAATAN FITUR RUMAH BELAJAR 

BAGI SISWA SDN 22 DUNGINGI KOTA GORONTALO





Komitmen untuk membumikan rumah belajar terus diupayakan oleh Peserta PembaTIK level 4 Tahun 2022. Tidak terkecuali saya sendiri yang tergabung dalam Sahabat Rumah Belajar Provinsi Gorontalo. sebagai langkah awal yang saya lakukan adalah memulai dari peserta didik saya yaitu siswa siswi yang ada di SDN No. 22 Dungingi Kota Gorontalo.

Hal yang saya lakukan adalah memberikan gambaran tentang fitur-fitur yang ada di portal rumah belajar. Fitur-fitur tersebut sangat penting digunakan oleh peserta didik dalam pembelajaran. peserta didik dapat menggunakan sumber belajar, laboratorium Maya, Buku elektronik, Edugame dan Wahana jelajah Angkasa merupakan fitur yang paling disukai oleh peserta didik.

Cara menyematkan portal rumah belajar di smartphone peserta didik merupakan momen yang ditunggu oleh peserta didik. Even ini dimanfaatkan oleh peserta didik untuk menginstal aplikasi rumah belajar di smartphone mereka. 

Peserta didik dapat mengeksplor fitur-fitur yang ada pada portal rumah belajar.

Rumah Belajar
Belajar dimana saja, kapan saja , dengan siapa saja